C.
Penerapan Contextual Teaching ang
Learning di Pondok Pesantren dan Efektivitasnya
Pendidikan di
Pondok pesantren adalah full day school yang sebenarnya, selama 24 jam
peserta didik atau santri mendapat pembinaan dan bimbingan yang teratur dengan
materi pendidikan integral yang mampu mengembangkan knowledge, attitude dan
skill, mengembangkan fungsi jiwa; etika, estetika, intelektual, religi,
leadership dan lain-lain, yang dicapai melalui kegiatan belajar mengajar di
sekolah, ketrampilan, kesenian, istighotsah, ibadah, dzikir, do’a dan lain-lain
yang dilakukan diluar sekolah yaitu di pondok pesantren.
Dengan materi
tersebut di atas, pendidikan di pondok pesantren bertujuan mencetak manusia
yang sempurna yang dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, sebagaimana
firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat al Baqoroh ayat 201 yang artinya
:
“Wahai
Tuhan kami berikan kami kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat dan
hindarkan kami dari siksa api neraka “
Dan
mampu mengamalkan serta mentranfer ilmu pengetahuan yang diperoleh di pondok
pesantren kepada masyarakat setelah para santri pulang dari pondok pesantren,
hal tersebut diperintahkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat at taubah ayat
122 yang artinya :
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka
itu dapat menjaga dirinya.”
Ayat ini menunjukan bahwa memperdalam
agama yang biasanya di pondok pesantren, hukumnya fardlu kifayahdan diharapkan
menjadi pemimpin bagi kaumnya setelah ia kembali pada mereka. Pemimpin masa
kini dituntut bukan saja menguasai ilmu agama, tetapi juga ilmu umum, karena
masyarakat yang di pimpin sudah semakin kritis dan sering heterogen, supaya
bias menyesuaikan dengan situasi dan kondisi dan memang tuntutan zaman seperti
itu.
Untuk mencetak kader pemimpin
sebagaimana tersebut di atas, diperlukan strategi pendekatan pembelajaran yang
produktif. Contextual
Teaching and Learning adalah salah satu strategi pembelajaran dengan setting penerapan ilmu
dalam kehidupan nyata (telah terdahulu bahasanya). Sebelum Contextual
Teaching and Learning, model pembelajaran tradisional di pondok pesantren menggunakan cara
wetonan dan sorongan. Di pondok Pesantren tradisonal, dua cara ini tetap dilaksanakan tetapi di pondok pesantren
modern telah dikombinasikan dan dikembangkan dengan Contextual Teaching and
Learning.
Bagaimanakan penerapan Contextual
Teaching and Learning ini di pondok pesantren ? Penerapan komponen-komponennya :
1. Constructivism
Setelah santri mendapat pelajaran di kelas,
santri menpraktekkan dan mengerjakan materi tersebut dalam kehidupannya
sehari-hari di pondok pesantren di bawah bimbingan pengasuh atau guru di pondok
pesantren. Hal ini memungkinkan dapat mencapai hasil maximal, misalnya pelajaran
sholat fardlu dan sunnag, bahasa arab, inggris, akhlaq, mampu menguasai
pelajaran umum yang lain.
2. Inquiry
Komponen ini diterapkan
oleh santri baik dikelas maupun di pondok pesantren, misalnya; santri menemukan
sendiri cara menulis khot yang baik, perilaku yang baik atau buruk sebagai
seorang muslim dan lain-lain.
3. Questioning
Saling bertanya dikelas antara guru dengan
santri, santri dengan guru, santri dengan santri, di pondok pesantren saling
bertanya natara santri dengan santri dalam belajar kelompok, antara santri
dengan pengasuh dan pengasuh dengan santri tentang materi pembelajaran,
sebagaimana disampaikan oleh Hasbullah :”Kehidupan di pondok pesantren
menampakkan semangat demokrasi karena mereka praktis bekerja sama mengatasi
problema non kurikuler mereka.”[1]
4.
Learning Community
Masyarakat belajar ini bias dilakukan oleh santri baik di kelas, di
pondok maupun di masyarakat langsung. Di Kelas dengan membentuk kelompok, kerja
kelompok dengan teman sekelas, di pondok belajar dan bekerja dalam kelompok
dengan teman kelas seatasnya atau mendatangkan ahli dari kalangan santri selain
yang sudah professional/ahli. Misalnya juara qiroƔh dan lain-lain. Dengan
masyarakat langsung terutama dalam hal keterampilan, santri belajar bersama
dengan masyarakat, baik dalam hal pertanian, koperasi, berdakwah dan lain-lain.
Hal ini sebada dengan yang disampaikan Azyumardi Azra : “Pesantren semakin
dituntut untuk Self Supporting dari self financing. Karena itu banyak pesantren
di pedesaan, mengarahkan para santrinya untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan
vocational dalam bidang pertanian, seperti penanaman padi, kelapa, tembakau,
kopi dan lain-lain. Hasil penjualannya digunakan untuk pembiayaan pesantren”[2]
Hal ini memungkinkan para santri pulang dari pesantren, bisa langsung
terjun di masyaraat dan membangun lingkungannya bersama-sama, baik pembangunan
bidang agama, ekonomi, budaya dan lain-lain.
5.
Modeling
Santri sudah terbiasa belajar dengan menjadikan seseorang atau beberapa
orang sebagai model. Hal ini karena pelajaran-pelajaran, khususnya agama di
pondok pesantren yang menyiapkan atau mencetak para pemimpin agama, harus
benar-benar dikuasai oleh santri, maka praktek dengan meniru model mutlak
dipelukan, misalnya sholat, haji, akhlaq, Al-Qur’an dll. Kemudian diterapkan dengan benar-benar
dalam kehidupan di pondok pesantren. Yang menjadi model adalah pengasuh, para
guru, para senior, teman sekelas, teman seatasnya, mengurus pondok, seseorang
ahli yang didatangkan di pondok pesantren atau di kelas, dan lain-lain.
6.
Reflection
Para santri menerapkan refleksi ini dengan cara membuat majalah dinding,
diskusi, menyampaikan hasil karya, usu atau saran yang merupakan ide-ide baru
dari santri. Kadang-kadang santri merasa enggan untuk melakukan refleksi karena
tawadlu’nya, tetapi di pondok pesantren modern telah tercipta keterbukaan guna
peningkatan dari kondisi yang ada, baik di kelas maupun di pondok pesantren.
Hal ini di ajarkan oleh Rasulullah SAW dengan sabdanya :
HALAMAN 44
Artinya :
Katakanlah yang sebenarnya, meskipun (akibatnya) pahit.[3]
7.
Authentic
Assessment, penilaian yang sebenarnya diterapkan baik
di kelas maupun di pondok pesantren. Karena pelajaran agama ini penilaiannya
adalah 40% hasil praktek, 30% hasil tugas-tugas dan 30% hasil test.[4]
Maka penilaian dilaksanakan selama proses pembelajaran dan sesudahnya, teori
dan praktek, berkesinambungan dan terintegrasi. Demikian juga untuk pelajaran
umum. Penilaian meliputi aspek afektif, kognitif dan psychomotoric, attitude,
knowledge dan skill.
Dari uraian tentang penerapan Contextual
Teaching and Learning di pondok pesantren tersebut, dapat disimpulkan bahwa
penerapan Contextual Teaching and Learning di pondok pesantren ini sangat
efektif, karena waktu belajar sepanjang hari dan malam, diawasi, dibina, dan
dibimbing oleh belajar sepanjang hari dan malam, diawasi, dibina dan dibimbing
oleh pengasuh, guru, pengurus dan teman sesama santri yang seatasnya. Dengan
diterapkan peraturan pondok pesantren yang ditaati oleh santri, baik waktu,
materi, kegiatan, tempat dan penanggungjawab pelaksanaannya.
Antara lain : waktu sekolah, belajar di
pondok, pengajian kitab khitobah, dzikir, sholat, membaca Al-Qur’an, istirahat
tidur, sholat tahajjud dan lain-lain.
Situasi dan kondisi tersebut di atas
dibarengi dengan penerapan Contectual Teaching and Learning dalam proses
pembelajarannya, memungkinkan pondok pesantren mampu mencetak santri yang
menguasai ilmu agama dan umum.
D.
Hipotesis
Hipotesis
merupakan rumusan jawaban sementara yang akan di uji kebenarannya dalam
penelitian ini, yaitu :
1.
Ha : a. 1. Para
guru di Pondok pesantren Hidayatullah Surabaya telah menerapkan komponen Contextual
Teaching and Learning yaitu
konstruktivsm questioning, inquiry, learning community, modeling, reflection
dan authentic assessment dalam mempersiapkan santri menguasai ilmu agama
2.
Para guru di
Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya telah menerapkan komponen Contextual
Teaching and Learning yaitu Construktixism, questioning, inquiry,
learning community, modeling, reflection dan authentic assessment dalam
mempersiapkan santri ilmu umum.
b. 1. Penerapan Contextual Teaching and Learning di
PP. Hidayatullah dalam pembelajaran ilmu agama sudah efektif, dibuktikan dengan
para guru telah melaksanakan komponen Contextual Teaching and Learning dan
hasil prestasi belajar baik sekali, baik atau cukup.
2. Penerapan Contextual Teaching and Learning di
PP. Haidayatullah dalam pembelajaran ilmu umum sedah efektif dibuktikan dengan
para guru telah melaksanakan komponen Contextual Teaching and Learning dan
hasil prestasi belajar baik sekali, baik atau cukup
2. Ha : a. 1. Para guru di
Pondok pesantren Hidayatullah Surabaya telah menerapkan komponen Contextual
Teaching and Learning yaitu
konstruktivsm questioning, inquiry, learning community, modeling, reflection
dan authentic assessment dalam mempersiapkan santri menguasai ilmu agama
3.
Para guru di Pondok Pesantren Hidayatullah
Surabaya telah menerapkan komponen Contextual Teaching and Learning yaitu
Construktixism, questioning, inquiry, learning community, modeling,
reflection dan authentic assessment dalam mempersiapkan santri ilmu umum.
b. 1. Penerapan Contextual Teaching and Learning di
PP. Hidayatullah dalam pembelajaran ilmu agama sudah efektif, dibuktikan dengan
para guru telah melaksanakan komponen Contextual Teaching and Learning dan
hasil prestasi belajar baik sekali, baik atau cukup.
2. Penerapan Contextual Teaching
and Learning di PP. Haidayatullah dalam pembelajaran ilmu umum sedah
efektif dibuktikan dengan para guru telah melaksanakan komponen Contextual
Teaching and Learning dan hasil prestasi belajar baik sekali, baik atau
cukup.
[2] Azyumardi
Azra, Pendidikan Islam Tradisional dan
Modernisasi Menuju Millenium Baru. (Jakarta : PT. Logor Wacana Ilmu,
1999) 133